-->

Cara Budidaya Sarang Burung Walet Agar Sukses

Sarang burung walet memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Di pasar Internasional akan kebutuhan sarang burung walet masih kekurangan, apabila kita kita dapat mengelola ataupun membudidaya sarang burung walet sangatlah menjanjikan.

Sarang burung walet memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan, karena demikian sarang burung walet memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Sarang burung walet terbuat dari air liurnya (saliva). Sarang burung walet berguna untuk menyembuhkan penyakit paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah stamina/tenaga.

Untuk membudidaya sarang burung walet diperlukan beberapa langkah yang perlu dipenuhi, yaitu :

A. Persyaratan lokasi/lingkungan
Pemilihan lokasi kandang sangat menentukan dalam budidaya sarang burung walet :
  1. Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.
  2. Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat.
  3. Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging.
  4. Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai,rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat
B. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1. Suhu, Kelembaban dan Penerangan
Dalam budidaya sarang burung walet, diperlukannya keadaan gedung yang mirip seperti gua-gua alami seperti suhu, kelembaban dan penerangan berkisar antara 24-26 derajat C dan kelembaban ± 80-95 %.
Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban:
a. Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm
b. Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.
c. Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu lubang, berdiameter 4 cm
d. Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.
e. Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong dari goni atau kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi walet.

2. Bentuk dan Konstruksi Gedung
Pada umumnya pembangunan sarang burung walet seperti bangunan gedung biasanya dengan ukuran besar, memiliki luas bervariasi dari 10×15 m2 sampai 10×20 m2. Perlu diperhatikan semakin tinggi wuwungan (bubungan) dan semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet dan lebih disukai burung walet. Satu lagi yang cukup penting rumah sarang burung walet tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi haruslah dihalaman terbuka.

Tembok terbuat dari dinding berplester campuran semen. Pada bagian dalam sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengilangkan bau pada semen dapat disiram air setiap hari.

Tempat melekatnya sarang-sarang burung walet pada kerangka atap dan sekat dibuat dari kayu kayu-kayu yang kuat, tua, tahan lama/awet, dan tidak mudah dimakan rengat. Untuk atap terbuat dari genting. Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat berputar-putar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang. Lubang tempat keluar masuk burung berukuran 20×20 atau 20×35 cm2 dibuat di bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang jangan menghadap ke timur dan dinding lubang dicat hitam.

C. Pembibitan
Peternak burung walet pada umumnya memanfaatkan dimana burung walet banyak mengitari bangunan, untuk memancing agar lebih banyak peternak memiliki trik atau upaya seperti menyiapkan tape recorder yang berisi rekaman suara burung Walet dan ada pula melakukan kiat lain dengan menghasilkan sumber makanan untuk burung walet seperti seranga-serangga kecil dengan membuat tumpukan jerami.

1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Sebagai induk walet dipilih burung sriti yang diusahakan agar mau bersarang di dalam gedung baru.
Agar burung sriti mau bersarang di gedung tersebut diperlukannya pemancingan dengan cara memutar kaset rekaman dari suara walet atau sriti. Pemutaran ini dilakukan sekitar pukul 16.00–18.00, yaitu waktu burung kembali mencari makan.

2. Perawatan Bibit dan Calon Induk
Penetasan telur burung walet memiliki peranan sangat baik upaya memperbanyak populasi burung walet. Telur dapat diperoleh ketika peternak sedang melakukan “panen cara buang telur”. Panen ini dilaksanakan setelah burung walet membuat sarang dan bertelur dua butir. Panen buang telur yaitu pengambilan sarang burung walet kemudian telur dibuang. Untuk penetasan telur perlu diperhatikan beberapa ketentuan :

a. Pemilihan Telur Walet
Telur yang dipanen terdiri dari 3 macam warna, yaitu :
  1. Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 0–5 hari.
  2. Putih kemerahan, berumur 6–10 hari.
  3. Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10–15 hari.
Telur walet berbentuk bulat panjang, memiliki ukuran 2,014×1,353 cm dengan berat 1,97 gram. Ciri-ciri telur yang baik harus terlihat segar dan tidak boleh samapai menginap kecuali dalam mesin tetas. Telur tetas yang baik mempunyai ciri :
  1. kantung udara yang relatif kecil. 
  2. Stabil dan tidak bergeser dari tempatnya. 
  3. Letak kuning telur harus ada ditengah dan tidak bergerak-gerak, tidak ditemukan bintik darah. 
  4. Penentuan kualitas telur di atas dilakukan dengan peneropongan.
b. Membawa Telur Walet
Letak atau jarak ketika membawa telur telur memiliki perbedaan, jika jaraknya dekat dapat berupa telur yang masih muda atau setengah tua. Sedangkan jika telur jaraknya jauh, sebaiknya berupa telur yang sudah mendekati menetas.

Saat membawa telur walet, telur disusun dalam spon yang berlubang dengan diameter 1 cm. Spon dimasukkan ke dalam keranjang plastik berlubang kemudian ditutup. Guncangan kendaraan dan AC yang terlalu dingin dapat mengakibatkan telur mati. Telur muda memiliki angka kematian hampir 80% sedangkan telur tua lebih rendah.


3. Penetasan Telur Walet
a. Penetaskan telur walet pada sarang sriti.
Pada saat musim bertelur burung biasanya sriti tiba, gantikan telur sriti dengan telur walet. Untuk menghindari kerusakan dan pencemaran saat pengambilan telur dilakuakan dengan menggunakan sendok pelstik atau kertas tisu. Jika ada kerusakan dan pencemaran dapat menyebabkan burung sriti tidak mau mengeraminya.

Penggantian telur dilakukan pada siang hari saat burung sriti keluar gedung mencari makan. Selanjutnya telur-telur walet tersebut akan dierami oleh burung sriti dan setelah menetas akan diasuh sampai burung walet dapat terbang serta mencari makan

b. Menetaskan telur walet pada mesin penetas
Suhu mesin penetas sekitar 400 C dengan kelembaban 70%. Untuk memperoleh kelembaban tersebut dilakukan dengan menempatkan piring atau cawan berisi air di bagian bawah rak telur. Diusahakan agar air didalam cawan tersebut tidak habis. Telur-telur dimasukan ke dalam rak telur secara merata atau mendata dan jangan tumpang tindih.

Lakukan pembalikan posisi telur dua kali sehari. Ketika pembalikan posisi telur, dibalik dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan embrio. Di hari ketiga dilakukan peneropongan telur. Telur-telur yang kosong dan yang embrionya mati Anda sisihkan atau dibuang. Embrio mati memiliki tanda, tanda tersebut dapat terlihat pada bagian tengah telur terdapat lingkaran darah yang gelap.  \

Sedangkan telur yang embrionya hidup akan terlihat seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan sampai hari ke-12. Selama penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk keperluan pembalikan atau mengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah 13–15 hari telur akan menetas.

D. Pemeliharaan
  1.  Perawatan Ternak
    Setelah penetasan, anak burung walet tidak berbulu dan sangat lemah. Anak burung walet yan belum bisa makan sendiri perlu disuapi dengan telur semut (kroto segar) tiga kali sehari. Selama 2–3 hari anak walet ini masih memerlukan pemanasan yang stabil dan intensif sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin tetas.

    Temperatur boleh diturunkan 1–2 derajat/hari dengan cara membuka lubang udara mesin. Setelah berumur ±10 hari saat bulu-bulu sudah tumbuh anak walet dipindahkan ke dalam kotak khusus. Kotak ini dilengkapi dengan alat pemanas yang diletakan ditengah atau pojok kotak. Setelah berumur 43 hari, anak-anak walet yang sudah siap terbang dibawa ke gedung pada malam hari, kemudian diletakan dalam rak untuk pelepasan. Tinggi rak minimal 2 m dari lantai. Dengan ketinggian ini, anak walet akan dapat terbang pada keesokan harinya dan mengikuti cara terbang walet dewasa.

  2. Sumber Pakan
    Burung walet merupakan pencari makan sendiri, burung ibi adalah tipe burung liar. Makanan burung walet adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah pesawahan, tanah terbuka, hutan dan pantai/perairan. Agar mendapatkan hasil sarang walet yang memuaskan, pengelola sangatlah perlu menyediakan makanan tambahan terutama ketika musim kemarau.
    Beberapa cara untuk mengasilkan serangga adalah:
    a. Menanam tanaman dengan tumpang sari.
    b. Budidaya serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk.
    c. Membuat kolam dipekarangan rumah walet.
    d. Menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.

  3.  Pemeliharaan Kandang
    Apabila gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran akan menumpuk dilantai. Kotoran-kotoran tersebut harus dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi dimasukan dalam karung dan disimpan di gedung

E. Hama dan penyakit
Hama dan penyakit tentu memiliki dampak yang tidak baik untuk kesehatan dan hasil sarang burung walet, beberapa hama dan penyakit  yang sering muncul di gedung adalah seperti berikut :
  1. Tikus
    Hama ini sangatlah benar-benar menggangu dan dapat merugikan pengelola rumah walet, karena tikus memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat menyebabkan suhu yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus dengan menutup semua lubang, tidak menimbun barang bekas dan kayu-kayu yang akan digunakan untuk sarang tikus.
  2. Semut
    Serangga ini cukup menggangu, seperti semut api dan semut gatal memakan anak walet dan mengganggu burung walet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan dengan memberi umpan agar semut-semut yang ada di luar sarang mengerumuninya. Setelah itu semut disiram dengan air panas.
  3. Kecoa
    Kecoa selain menyebarkan penyakit kepada manusia, binatang ini juga memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan tidak sempurna. Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida, menjaga kebersihan dan membuang barang yang tidak diperlukan dibuang agar tidak menjadi tempat persembunyian.
  4. Cicak dan Tokek
    Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anak burung walet. Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang ditimbulkan mengganggu ketenangan burung walet. Cara pemberantasan dengan diusir, ditangkap sedangkan penanggulangan dengan membuat saluran air di sekitar pagar untuk penghalang, tembok bagian luar dibuat licin dan dicat dan lubang-lubang yang tidak digunakan ditutup.


F. Masa Panen
Masa panen Sarang burung walet dapat dilakukan apabila keadaannya sudah memungkinkan. Pemetikan sarang burung walet diperlukan cara dan ketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu. Apabila terjadi kesalahan dalam memanen akan berakibat fatal bagi gedung dan burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa tergangggu dan pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan.

Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet dengan beberapa cara, yaitu:
  1.  Panen rampasan
    Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian burung walrt karena tidak ada peremajaan. Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat sarang sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan bertelur.
  2. Panen Buang Telur
    Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal. Adapun kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya.
  3. Panen Penetasan
    Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan sudah bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat berkembang biak dengan tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat meningkat.
Adapun waktu panen adalah:
  1. Panen 4 kali setahun
    Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihunidan telah padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama dilakukan dengan pola panen rampasan. Sedangkan untuk panenselanjutnya dengan pola buang telur
  2. Panen 3 kali setahun
    Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan dan masih memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu, panen tetasan untuk panen pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan dan buang telur.
  3. Panen 2 kali setahun
    Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk memperbanyak populasi burung walet.

H. Pascapanen
Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan dan penyortiran dari hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel yang kemudian dilakukan pemisahan antara sarang walet yang bersih dengan yang kotor. Pemisahan dilakukan agar nilai harga sarang burung walet tetap bagus,

Demikian Cara Budidaya Sarang Burung Walet Agar Sukses, selamat mencoba dan semoga sukses!

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel