-->

Budaya Sekolah

Kebudayaan menurut Koetjaraningkat dalam Kemdikbud (2013) merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliknya melalui belajar. Penyebaran dan perkembangannya berproses seiring dengan perkembangan kehidupan. Stolp dan Smith (1994 ) menyatakan budaya sekolah pun perkembangannya bersamaan dengan sejarah sekolah. Wujudnya dalam bentuk  norma, nilai-nilai, keyakinan, tata upacara, ritual, tradisi, mitos yang dipahami oleh seluruh warga sekolah. Karena  perbedaan tingkat keyakinan, norma, dan nilai-nilai yang diyakini oleh warga sekolah telah menyebabkan sekolah miliki tradisi berbeda-beda.

Data menunjukkan meskipun terdapat beberapa sekolah yang memiliki sumber keungan yang sama besar, namun  penampilan fisik dan prestasinya dapat  beda. Lebih dari itu, bisa terjadi sekolah dalam satu kompleks, didukung dengan  lingkungan masyarakat yang sama, latar belakang pendidikan kepala sekolah dan guru-gurunya sama, namun karena memiliki budaya sekolah yang berbeda, iklim maupun artefak sekolah pun berbeda, maka prestasinya menjadi berbeda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh  pemahaman dan kepatuhan warga sekolah terhadap norma, nilai-nilai, dan keyakinan yang mereka junjung. Makin kuat keyakinan dan kepatuhan warga terhadap norma dan nilai-nilai semakin tinggi pula keterikatannya pada sekolahnya, semakin besar rasa memiliki sekolahnya, dan makin kuat motif belajarnya.

Homer Dixon dalam kemdikbud (2013) menyatakan bahwa kepala sekolah menghadapi tantangan dalam mengelola masalah yang makin kompleks. Ketidakpastian menyebabkan krisis datang tanpa aba-aba. Daya kendalinya selalu memerlukan dukungan pemikiran yang handal. Gelombang masalah yang datang  selalu berbeda. Karena itu, kepala sekolah harus selalu membaharui idenya secara inovatif untuk mendukung kebijakan dan tindakan yang efektif atau mencapai tujuan.

Tantangan utama kepala sekolah dalam mengembangkan budaya  sekolah adalah membangun suasana sekolah yang kondusif melalui pengembangan komunikasi dan interaksi yang sehat antara kepala sekolah dengan siswa, guru-guru, staf, orang tua siswa, masyarakat, dan pemerintah. Komunikasi dan interaksi yang sehat memilki dua indikator yaitu tingkat keseringan dan kedalaman materi yang dibahas. Di samping itu, kepala sekolah perlu mengembangkan komunikasi multi arah untuk mengintegrasikan seluruh sumber daya secara optimal.

Dalam membangun budaya sekolah, kepala sekolah bertugas mengembangkan kondisi sekolah yang kondusif dan kelas yang kondusif. Kondisi itu memerlukan komunikasi dan interaksi antara kepala sekolah dengan guru, orang tua siswa, staf dan siswa harmonis. Kerja sama yang baik semua pihak diharapkan dapat menunjang pengembangan interaksi yang positif menumbuhkan pola pikir dan pola tindak dalam bentuk terhadap norma, nilai-nilai yang sekolah junjung. Di samping itu, diharapkan pula dengan dukungan sekolah yang kondusif para pemangku kepentingan memiliki keyakinan bahwa sekolahnya dapat mewujudkan prestasi terbaik karena ditunjang dengan motif berprestasi yang tinggi.

Baca Juga

Kepala sekolah harus mampu mengelola sumber daya yang sekolah miliki secara efektif dalam menjamin terwujudnya keunggulan pemenuhan standar kompetensi lulusan pada implementasi kurikulum 2013 melalui pembangunan budaya sekolah. 

Kepala sekolah mempunyai  tiga tugas  utama dalam membangun budaya sekolah, yaitu: 
  1. mengembangkan keharmonisan hubungan yang direalisasikan dalam komunikasi, kolaborasi untuk meningkatkan partisipasi; 
  2. mengembangkan keamanan baik secara psikologis, visi, sosial, dan keamanan kultural. Sekolah menjaga agar setiap warga sekolah kerasan dalam komunitasnya; dan 
  3. mengembangkan lingkungan sekolah  yang agamis, lingkungan fisik sekolah yang bersih, indah, dan nyaman, mengembangkan lingkungan sekolah yang kondusif secara akademik. Guru dan siswa memiliki motif berprestasi serta keyakinan yang tinggi untuk mencapai target belajar yang bernilai dengan suasana yang berdisiplin dan kompetitif.

Untuk mendukung pengembangan budaya sekolah, kepala sekolah hendaknya memperhatikan kemampuan diri dalam mengendalikan kepribadian, prilaku, dan sikap kepemimpinan kepala sekolah yang mendukung sehingga semua pihak dapat menjaga harmoni kerja sama yang baik. Keterampilan lain yang diperlukan adalah membangun kreasi dalam memberikan pelayanan agar memenuhi harapan semua pihak. Hal ini merupakan bagian terpenting dalam kepemimpinan (Celtus R  Bulach, 2011).

Tinggi rendahnya semangat kerja sama, kepatuhan terhadap norma atau nilai-nilai yang baik, kebiasaan baik, kayakinan yang tinggi, motif berprestasi guru dan siswa sangat bergantung pada karakter kepemimpinan kepala sekolah. 

Dalam menunjang pengembangan budaya sekolah, Fullan (2001) menyatakan  bahwa kepala sekolah hendaknya menegakkan lima prinsip, yaitu 
  1. selalu berorientasi pada pencapain tujuan dan mengembangkan visi dengan jelas dan kandungannya menjadi milik bersama
  2. menerapkan kepemimpinan partisipatif dengan memperluas peran pendidik dalam pengambilan keputusan
  3. berperan sebagai kepala sekolah yang inovatif dengan meningkatkan keyakinan bahwa pendidik dapat mengembangkan prilaku yang mendukung perubahan
  4. memerankan kepemimpinan yang meyakinkan pendidik sehingga mereka berpersepsi bahwa kepala sekolahnya “benar” menunjang efektivitas mereka bekerja
  5. mengembangkan kerja sama yang baik antar pendidik dalam interaksi formal maupun informal.

Bagi kepala sekolah aspek mana pun kembali ke pemikiran awal yang menyatakan bahwa seluruh unsur kebudayaan berkembang melalui proses belajar. Oleh karena itu, inti dari pengembangan budaya adalah membangun hubungan yang baik, meningkatkan keamanan sekolah secara fisik maupun psikologis, meningkatkan lingkungan yang kondusif. Untuk itu, kepala sekolah dan seluruh pemangku kepentingan perlu terus belajar karena konteks budaya sekolah terus berubah tanpa henti. 

Relevan dengan kondisi itu, Peter Senge menyatakan bahwa kepala sekolah perlu memerankan diri sebagai teladan yang ditunjukkan dengan indikator, yaitu: 
  1. menjadi personal  yang bersiplin tinggi  dalam memfokuskan energi dalam mewujudkan visi-misi, bersabar, dan memahami  fakta secara objektif
  2. menjadi  mental model dalam mempengaruhi dan memahami keadaan sekitar dan serta dapat merespon dengan tepat
  3. mengembangkan visi-misi bersama sebagai dasar untuk mengembangkan komitmen yang berkembang secara berkelanjutan sehingga kepala sekolah tidak hanya mengembangkan kepatuhan
  4. mengembangkan tim pembelajar yang dialogis, mengembangkan kapasitas tim, mengganti asumsi dengan pemikiran bersama
  5. mengembangkan berpikir sistem yang mengintegrasikan dengan keempat disiplin di atas.

Keberhasilan pengembangan budaya sekolah menjadi penentu keberhasilan meningkatkan lulusan yang bermutu. Karena itu, kepala sekolah penting memperhatikan berbagai prinsip utama, yaitu: 
  1. budaya merupakan norma, nilai, keyakinan, ritual, gagasan, tindakan, dan karya sebagai hasil belajar
  2. perubahan budaya mencakup proses pengembangan norma, nilai, keyakinan, dan tradisi sekolah yang dipahami dan dipatuhi warga sekolah yang dikembangkan melalui komunikasi dan interaksi sehingga mengukuhkan partisipasi
  3. untuk dapat mengubah budaya sekolah memerlukan pemimpin inspiratif dan inovatif dalam mengembangkan perubahan perilaku melalui proses belajar
  4. Efektivitas perubahan budaya sekolah dapat terwujud dengan mengembangkan sekolah sebagai organisasi pembelajar melalui peran kepala sekolah menjadi teladan
  5. mengembangkan budaya sekolah memerlukan ketekunan, keharmonisan, dan perjuangan tiada henti karena budaya di sekitar sekolah selalu berubah ke arah yang tidak selalu sesuai dengan harapan sekolah.

Daftar Pustaka
Kemdikbud. 2013.  Bahan Ajar:  Budaya Sekolah:  BPSDMPK dan PMP. Jakarta.

Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel