Gaya Presentasi diri Self-Monitoring (Pemantauan Diri)
Setiap orang akan berbeda dalam cara mempresentasikan diri mereka. Beberapa orang lebih menyadari tentang kesan publik mereka, beberapa orang mungkin lebih menggunakan persentasi diri yang straregik, sementara yang lain lebih menyukai pembenaran diri (verifikasi diri). Menurut Mark Snyder (1987), perbedaan ini berkaitan dengan suatu ciri sifat kepribadian yang disebut dengan self-monitoring yaitu kecenderungan mengatur perilaku untuk menyesuaikan dengan tuntutan-tuntutaan situasi sosial. Dengan demikian, self-monitoring adalah kecenderungan untuk merubah perilaku dalam merespon terhadap presentasi diri yang dipusatkan pada situasi (Brehm & Kassin, 1993). Atau menurut Worchel, dkk. (2000), self-monitoring adalah menyesuaikan perilaku terhadap norma-norma situasional dan harapan-harapan dari orang lain. Sementara Brigham (1991) menyatakan self-monitoring merupakan proses dimana individu mengadakan pemantauan (memonitor) terhadap pengelolaan kesan yang telah dilakukannya.
Individu yang memiliki se!f-monitoring yang tinggi (high self-monitors) menitikberatkan pada apa yang layak secara sosial dan menaruh perhatian pada bagaimana orang berperilaku dalam setting sosial. Mereka menggunakan informasi ini sebagai pedoman tingkah laku mereka. Perilaku mereka lebih ditentukan oleh kecocokan dengan situasi daripada sikap dan perasaan mereka yang sebenarnya. Mereka cakap dalam merasakan keinginan dan harapan orang lain, terampil atau ahli dalam mempresentasikan beberapa perilaku dalam situasi-situasi berbeda dan dapat merubah cara-cara presentasi diri atau memodifikasi perilaku-perilaku untuk menyesuaikan dengan harapan orang lain. High self-monitors digambarkan sebagai orang yang memiliki “pragmauic self’. Mereka dapat disebut juga sebagai pengelola kesan yang lihai (“skilled impression managers).
Sebaliknya individu yang termasuk rendah dalam pemantauan diri (low self-monitors) cenderung lebih menaruh perhatian pada perasaan mereka sendiri dan kurang menaruh perhatian pada isyarat-isyarat situasi yang dapat menunjukkan apakah perilaku mereka sudah layak. Dalam suatu alat tes yang dinamakan “self-monitoring Scale” yang disusun oleh Mark Snyder dapat diketahui bahwa ternyata orang mempunyai variasi secara luas dalam kesiapan dan kemampuan untuk memantau diri mereka sendiri.
Berdasar hasil penelitian, orang yang mendapat skore tinggi pada skala self-monitoring, akan mendapat keberuntungan dalam situasi sosial, Orang-orang akan menganggap mereka sebagai orang yang ramah dan relaks (Lippa, 1978), tidak pemalu dan lebih siap untuk mengambil inisiatif dalam berbagai situasi (Pilkonis, 1977). Tetapi kemungkinan mereka menjadi kurang dapat dipercaya dan dinilai dangkal (Gergen, 1977). Sehingga diasumsikan bahwa mereka yang berada pada tingkat self-monitoring yang moderat (sedang/di-tengah-tengah) adalah yang secara sosial ideal. Sebab hal ini akan membuat mereka bisa berfungsi secara efektif dalam mempresentasikan diri mereka, tanpa menjadi “bunglon sosial”.
Hasil-hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa karena high self-monitors mempersepsi diri sendiri sebagai orang yang berhasil dalam memberi kesan pada orang lain, maka mereka cenderung untuk memiliki harga diri yang lebih tinggi (Sharp & Getz, 1996). Mereka juga trampil secara sosial dalam menguji hipotesis tentang kepribadian orang (Dardenne & Leyens, 1995). Mereka juga lebih banyak mengingar informasi tentang orang-orang lain atau tindakan-tindakan orang lain. High self-monitors lebih menempatkan pada daya tarik fisik daripada kualitas pribadi ketika mereka memiliki pasangan romantis. Sedangkan low self-monitors lebih menekankan kecocokan dalam kepribadian dan minat daripada mencocokkan dengan daya tarik fisik dalam memilih pasangan (Glick. DeMorest, & Hotze, 1988). Akhirnya studi dalam organisasi menunjukkan bahwa individu yang tinggi self-monitoringnya lebih baik daripada yang rendah self-monitoringnya dalam bekerja antar departemen atau antar seksi yang menuntut fleksibilitas dan terbuka dengan keinginan dan harapan orang lain.
Sumber: www.edwias.com
Individu yang memiliki se!f-monitoring yang tinggi (high self-monitors) menitikberatkan pada apa yang layak secara sosial dan menaruh perhatian pada bagaimana orang berperilaku dalam setting sosial. Mereka menggunakan informasi ini sebagai pedoman tingkah laku mereka. Perilaku mereka lebih ditentukan oleh kecocokan dengan situasi daripada sikap dan perasaan mereka yang sebenarnya. Mereka cakap dalam merasakan keinginan dan harapan orang lain, terampil atau ahli dalam mempresentasikan beberapa perilaku dalam situasi-situasi berbeda dan dapat merubah cara-cara presentasi diri atau memodifikasi perilaku-perilaku untuk menyesuaikan dengan harapan orang lain. High self-monitors digambarkan sebagai orang yang memiliki “pragmauic self’. Mereka dapat disebut juga sebagai pengelola kesan yang lihai (“skilled impression managers).
Sebaliknya individu yang termasuk rendah dalam pemantauan diri (low self-monitors) cenderung lebih menaruh perhatian pada perasaan mereka sendiri dan kurang menaruh perhatian pada isyarat-isyarat situasi yang dapat menunjukkan apakah perilaku mereka sudah layak. Dalam suatu alat tes yang dinamakan “self-monitoring Scale” yang disusun oleh Mark Snyder dapat diketahui bahwa ternyata orang mempunyai variasi secara luas dalam kesiapan dan kemampuan untuk memantau diri mereka sendiri.
Berdasar hasil penelitian, orang yang mendapat skore tinggi pada skala self-monitoring, akan mendapat keberuntungan dalam situasi sosial, Orang-orang akan menganggap mereka sebagai orang yang ramah dan relaks (Lippa, 1978), tidak pemalu dan lebih siap untuk mengambil inisiatif dalam berbagai situasi (Pilkonis, 1977). Tetapi kemungkinan mereka menjadi kurang dapat dipercaya dan dinilai dangkal (Gergen, 1977). Sehingga diasumsikan bahwa mereka yang berada pada tingkat self-monitoring yang moderat (sedang/di-tengah-tengah) adalah yang secara sosial ideal. Sebab hal ini akan membuat mereka bisa berfungsi secara efektif dalam mempresentasikan diri mereka, tanpa menjadi “bunglon sosial”.
Hasil-hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa karena high self-monitors mempersepsi diri sendiri sebagai orang yang berhasil dalam memberi kesan pada orang lain, maka mereka cenderung untuk memiliki harga diri yang lebih tinggi (Sharp & Getz, 1996). Mereka juga trampil secara sosial dalam menguji hipotesis tentang kepribadian orang (Dardenne & Leyens, 1995). Mereka juga lebih banyak mengingar informasi tentang orang-orang lain atau tindakan-tindakan orang lain. High self-monitors lebih menempatkan pada daya tarik fisik daripada kualitas pribadi ketika mereka memiliki pasangan romantis. Sedangkan low self-monitors lebih menekankan kecocokan dalam kepribadian dan minat daripada mencocokkan dengan daya tarik fisik dalam memilih pasangan (Glick. DeMorest, & Hotze, 1988). Akhirnya studi dalam organisasi menunjukkan bahwa individu yang tinggi self-monitoringnya lebih baik daripada yang rendah self-monitoringnya dalam bekerja antar departemen atau antar seksi yang menuntut fleksibilitas dan terbuka dengan keinginan dan harapan orang lain.
Sumber: www.edwias.com