Apa Yang Telah Kita Persiapkan Untuk Menyambut Ramadhan
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu,
agar kamu bertaqwa”
(QS. Al-Baqarah [2]: 183)
sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu,
agar kamu bertaqwa”
(QS. Al-Baqarah [2]: 183)
Seorang bapak bertanya kepada seorang pemuda: “Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menyambut bulan Ramadhan?” Pemuda tersebut menjawab, “Kalau untuk menyambut Ramadhan, anak muda sepertiku pasti tak akan ketinggalan. Aku telah mengambil sebagian uang tabunganku untuk kubelikan pakaian model terbaru. Aku tak mau ketika lebaran nanti, teman-temanku menganggap aku ketinggalan model. Lalu kalau bapak, apa yang telah dipersiapkan?”
Bapak itu menjawab, “Ya seperti biasa, setiap menjelang bulan Ramadhan aku harus mengumpulkan banyak uang untuk kebutuhan dapur istriku dan membelikan pakaian untuk anak-anakku. Kadang karena terlalu banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, aku harus rela pinjam uang kesana-kemari, kan setahun hanya sekali”.
Saudaraku, apakah jawaban seperti ini yang juga terlintas dalam benak kita? Penulis berharap bahwa jawaban Anda adalah tidak. Penulis berharap kita mempersiapkan datangnya bulan Ramadhan dengan memperbanyak amalan-amalan shalih, seperti membaca Alqur’an, qiyamul lail, dzikir, sedekah, dan ibadah-ibadah lainnya. Berapa banyak dari Anda yang telah mempersiapkan diri untuk mengkhatamkan Alqur’an dalam bulan yang diberkahi ini dan juga menunaikan shalat Tarawih tanpa tertinggal sehari pun sepanjang bulan Ramadhan.
Separuh lebih kita telah melewati bulan Rajab, lalu apa yang seharusnya kita lakukan? Umat Islam seyogyanya menghitung bulan Sya’ban sebagai persiapan memasuki Ramadhan. Ramadhan adalah bulan kebaikan dan barakah, Allah memberkahinya dengan banyak keutamaan. Diantara keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan yaitu:
Pertama, bulan Alqur’an. Allah menurunkan kitab-Nya yang mulia sebagai petunjuk bagi manusia, obat bagi kaum mukminin, membimbing kepada yang lebih lurus, menjelaskan jalan petunjuk. (Alqur’an) diturunkan pada malam Lailatul Qadar, suatu malam di bulan Ramadhan. Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alqur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil……” (QS. Al-Baqarah [2]: 185).
Kedua, dibelenggunya setan, ditutupnya pintu-pintu neraka dan dibukanya pintu-pintu surga. Pada bulan ini kejelekan menjadi sedikit, karena dibelenggu dan diikatnya jin-jin jahat dengan salasil (rantai), belenggu dan ashfad. Mereka tidak bisa bebas merusak manusia sebagaimana bebasnya di bulan yang lain, karena kaum muslimin sibuk dengan puasa hingga hancurlah syahwat, dan juga karena bacaan Alqur’an serta seluruh ibadah yang mengatur dan membersihkan jiwa. Maka dari itu ditutupnya pintu-pintu jahanam dan dibukanya pintu-pintu surga, disebabkan karena pada bulan Ramadhan amal-amal shalih banyak dilakukan dan ucapan-ucapan yang mengandung kebaikan banyak dilafadzkan oleh kaum mukminin. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika telah datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para syetan dan jin-jin yang jahat, ditutup pintu-pintu neraka, tidak ada satu pintu-pintu yang dibuka dan dibukalah pintu-pintu surga, tidak ada satu pintu-pun yang tertutup, berseru seorang penyeru ; “Wahai orang yang ingin kebaikan lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah. Dan bagi Allah mempunyai orang-orang yang dibebaskan dari neraka, itu terjadi pada setiap malam” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi 682 dan Ibnu Khuzaimah 3/188 dari jalan Abi Bakar bin Ayyasy dari Al-A’masy dari Abu Hurairah. Sanad hadits ini Hasan).
Ketiga, malam lailatul qadar. Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami menurunkan Alqur’an pada malam Lailatul Qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu ? Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah melaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala usrusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar” [QS. Al-Qadar : 1-5].
Keempat, orang yang puasa termasuk shiddiqiin dan syuhada. Dari ‘Amr bin Murrah Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: datang seorang pria kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berkata : “Ya Rasulullah, apa pendapatmu jika aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah, engkau adalah Rasulullah, aku shalat lima waktu, aku tunaikan zakat, aku lakukan puasa Ramadhan dan shalat tarawih di malam harinya, termasuk orang yang manakah aku ?” Beliau menjawab, “Artinya : Termasuk dari shidiqin dan syuhada” (HR. Ibnu Hibban).
Kelima, pengampunan dosa. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasannya beliau bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh iman dan ihtisab maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari 4/99, Muslim 759]. Makna “penuh iman dan ihtisab” yakni membenarkan wajibnya puasa, mengharap pahalanya, hatinya senang dalam mengamalkan, tidak membencinya, atau tidak merasa berat dalam mengamalkannya.
Keenam, dikabulkannya do’a dan pembebasan api neraka. Rasullullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka setiap siang dan malam dalam bulan Ramadhan, dan semua orang muslim yang berdo’a akan dikabulkan do’anya” (HR. Bazzar 3142, Ahmad 2/254).
Karena keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan di atas, maka Allah mewajibkan kaum muslimin untuk melakukan ibadah puasa Ramadhan, karena puasa memutuskan jiwa dari syahwatnya dan menghalangi dari apa yang biasa dilakukan. Puasa Ramadhan termasuk perkara yang paling sulit, karena itu pada zaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kewajibannya-pun diundur sampai tahun kedua Hijriyah, setelah hati kaum muslimin kokoh dalam bertauhid dan dalam mengagungkan syiar-syiar Allah, maka Allah membimbing mereka untuk melakukan puasa dengan bertahap. Pada awalnya mereka diberikan pilihan untuk berbuka atau puasa serta diberi semangat untuk puasa, karena puasa masih terasa berat bagi para shahabat.
Setelah membaca penjelasan singkat ini, bolehlah kiranya saya tanyakan lagi kepada saudara, “Apa yang akan engkau persiapkan untuk menghadapi bulan Ramadhan?” Wallahu a’lam bishshowwab